Persahabatan
(Bel
berbunyi, saat nya para siswa masuk ke dalam kelas.)
Bu
Tuti : “ Selamat pagi anak- anak..!”
Para
Siswa : “ Selamat pagi bu…! “
Bu
Tuti : “ Apa ada yang absen hari ini? “
Andin :
“ Ada bu, Santy tidak berangkat hari ini.”
(menjawab dengan tegas)
Bu
Tuti : “ Apa kamu tau kenapa dia tidak berangkat hari ini?”
Andin : “ Mungkin dia malas
untuk bersekolah, nilai- nilainya saja selalu
jelek,
sikap dia saja seolah-olah tak butuh teman,sehingga teman- teman
sekelas pun tak ada yang menyukainya.”
(seolah-olah
mengejek)
Bu
Tuti : “ Kalian tidak boleh saling membenci,itu perbuatan yang
tidak
terpuji. Walau bagaimanapun Santy tetap teman kalian. Kalian
harus bisa membantu satu sama lain, dan tidak boleh
membedakan antara teman satu dengan teman yang lain.”
(Tak
lama kemudian setelah bu Tuti selesai berbicara, terdengar suara
ketukan pintu, ternyata itu adalah Santy. Santy anak yang tidak di
sukai dengan teman-temannya, menurut mereka bau badan Santy menyebar
di kelas saat dia mulai menjejakkan kakinya di ruangan kelas. Baju
yang lusuh, muka yang lesu, dengan gaya yang lemah selalu tampak pada
Santy. Dia selalu menjadi bahan ejekan teman-temannya.)
Andin dan
beberapa siswa : (menutup hidung ketika melihat Santy)
Santy :
“ Maaf bu, saya terlambat masuk sekolah, bolehkah saya
masuk?” (dengan nada memelas)
Bu
Tuti : “ Ya silahkan masuk, lain kali jangan terlambat lagi ya..!”
Santy :
“ Ya, terima kasih bu..”
(berlajan menuju tempat duduknya yang berada di belakang,dia
hanya duduk seorang diri sedangkan teman-teman yang lain
saling berdampingan.)
Bu
Tuty : “ Sebelum memulai pelajaran, ibu minta agar mulai hari ini
Edis
bisa duduk sebangku dengan Santy. Apa kamu keberatan Dis?
Edis :
“ Tidak kok bu..”
Andin :
“ Tapi bu, Edis kan selalu duduk sebangku dengan saya,
Santy kan sudah biasa duduk sendiri, jadi buat apa Edis harus
pindah sebangku dengannya?”
Bu
Tuty : “ Andin, maksud ibu memindahkan Edis agar sebangku dengan
Santy supaya dia bisa membantu Santy dalam pelajaran maupun
dalam bergaul dengan teman-teman. Ibu yakin kamu bisa
mengerti, karena kamu kan anak yang baik..!”
Andin :
“ Dis, kenapa sih kamu mau sebangku dengan Santy?Aku pasti
kesepian kalau duduk sendiri!” (agak kesal dan mencoba protes)
Edis :
“ Ndin, Bu Tuti benar! Kita harus membantu Santy,kasihan dia.
Selama ini tidak ada satu pun yang mau berteman dengannya.
Setidaknya dengan duduk bersama mungkin dia akan lebih baik.
Aku yakin dia tidak akan seaneh itu kalau ada teman.” (wajah
Edis yang baik itu memandang penuh harapan) “ Aku butuh
bantuanmu juga Ndin, aku tak akan sanggup sendiri!”
Andin :
(menghela nafas panjang sambil mengangguk pelan)“Kalau bukan
karena kamu, mana mungkin aku mau berteman dengan si aneh
itu!”(memandang wajah Edis sahabatnya sambil mengingat-ingat
kembali persahabatannya dulu)
Edis :
“ Itu baru sahabatku yang baik!”
Santy :
“ Terimakasih Ndin sudah mengizinkan Edis duduk denganku.”
Andin :
“ Ya.” (masih merasa kecewa dan tak tulus mengatakannya)
(Pelajaran
pun berjalan dengan baik.)
~
Sebulan Kemudian ~
(Sekarang
setiap saat Santy selalu bersama Edis. Sudah sebulan ini mereka
semakin akrab saja. Andin tidak tau harus sedih atau gembira dengan
perubahan Santy. Memang dia tampak jauh lebih bersih dan gembira,
tapi menurut Andin, Santy selalu bertingkah berlebihan di depannya.
Sengaja membuat iri atas kedekatannya dengan Edis pikir Andin)
Andin :
“ Apa sih maksudnya?” (merasa kesal)
(Tak
lama kemudian,terdengar suara Edis memanggil Andin)
Edis :
“ Andin..!” (Edis dan Santy menghampiri Andin)
Andin :
“ Kenapa kamu Dis?”
Edis :
“ Tugas akhir bahasa nanti kamu mau buat apa Ndin? Kami
berdua berencana mau membuat sebuah drama,kamu ikut kami
yuk Ndin..! Dramanya udah terfikir, tapi butuh satu
orang lagi!”
Santy :
(dengan mata berbinar-binar Santy memandang penuh harap)
“ Ya Ndin, aku harap kamu mau bergabung bersama kami! Aku
yakin, pasti nanti kita akan mendapat nilai yang maksimal.”
Andin :
“Maaf Dis, aku mau buat cerpen dan bercerita di depan kelas.
Itu sudah aku rencanakan dengan matang.”(tanpa
memperdulikan Santy sama sekali yang juga berada di situ)
Edis :
(tersenyum mengangguk) “Baiklah kalau kamu sudah yakin
dengan keputusan kamu. Aku tidak akan memaksa!”
Santy :
(tampak kecewa dan matanya tampak berkaca-kaca seakan
ingin menangis)” Ya sudah Ndin kalau begitu..!” (Mereka
kemudian pergi)
Andin :
(jadi merasa benci pada dirinya sendiri yang tidak bisa jadi
orang sebaik Edis) “Mengapa aku tega terhadap Santy ya?
Entahlah aku hanya tidak suka padanya, atau karena aku tidak
suka dia dekat dengan Edis?”
(Setelah
beberapa hari, akhirnya tiba saatnya ujian akhir praktek Bahasa
Indonesia. Semua siswa kelas 9.3 harus mengarang sesuatu dalam bentuk
tulisan dan mempresentasikannya di depan kelas. Menurut teman-teman
dan guru, hasil karangan Andin bagus sekali. Edis dan Santy tidak
jadi menulis drama. Edis membuat sebuah pidato tentang pentingnya
menghargai orang lain. Sangat bagus caranya berpidatonya. Santy
akhirnya membuat sebuah puisi. Ketika tiba gilirannya, Santy maju
dengan langkah gemetar. Berhenti sebentar, menatap Andin, lalu
melangkahkan kakinya menuju ke depan kelas.)
Andin :
“ Mengapa dia menatapku?” (berpikiran tak enak)
Santy :
(mulai membaca puisi)
Sahabat
Bagimu mungkin aku bukan siapa-siapa
Tapi bagiku kau sungguh berarti
Bagimu mungkin aku tidak ada
Tapi bagiku kau senantiasa ada di hati
Aku selalu berusaha menggapaimu walau kau tak tau
Dalam perjalanan hidup ini aku butuh kau ada di sampingku
Sahabat, ini aku! Sahabat, lihat aku!
Resah jiwaku, galau hatiku akan ketidak pedulianmu
Hancur sanubariku ketika tahu kau tidak peduli padaku
Atau mungkin aku bukan sahabatmu? Entahlah…aku tak tahu…
Sahabat, ini aku! Sahabat, lihat aku!
(Semua
terharu melihat penampilan Santy.Tepuk tangan membahana ketika Santy
selesai membaca puisi. Dia membawakannya dengan penuh perasaan. Andin
tidak tau puisi itu untuk siapa, tapi hatinya sakit. Andin benci pada
dirinya sendiri.)
Santy :
(berjalan menuju tempat duduk sambil meneteskan air mata
sambil menoleh ke Andin)
Andin :
“ Santy…!”
Santy :
“ Kenapa Ndin?”
Andin :
“ Maafkan segala tingkah laku ku selama ini, aku menyesal telah
membencimu! Aku baru sadar bahwa persahabatan sangatlah
indah.”
Santy :
“ Ya Ndin aku senang kamu berbicara seperti itu.”
Edis :
“ Nah gitu dunk..! Semoga kita bertiga akan akan selalu
bersahabat untuk selamanya.”
Andin,
Santy, Edis : (berpegangan tangan) “ Andin, Santy, Edis BFF
(Best
Friend Forever) cikiciiu “
Bu
Tuty : “ Dari semua ini, kalian bisa mengambil hikmahnya kan? Bahwa
niat yang baik akan membuahkan hasil yang baik pula.”
True
friendship is a plant of slow growth and must undergo and with stand
the shocks of adversity before it is entitled to the appellation,
(Persahabatan
sejati seperti suatu tumbuh-tumbuhan yang tumbuh dengan
perlahan-lahan dan harus mengalami serta mengatasi kejutan-kejutan
dari kemalangan-kemalangan sebelum ia berhak disebut persahabatan.)
_The
End_